The Beautiful
Experience With Mak Imah J
Akhirnya pada pukul
09.00 Saya,Thanry,Demy, dan Sepat dalam satu kelompok tiba di rumah induk
semang kami, kamipun memutuskan untuk beristirahat sebentar karena perjalanan
yang kami tempuh dari kelurahan menuju rumah induk semang kami sangat
melelahkan dan sangat jauh. Apalagi kami hanya berjalan kaki untuk menempuh
jarak ± 2-3 km dari kelurahan Gombengsari.
Setelah cukup
beristirahat, perut kami sudah terasa lapar. Akhirnya Kami diajak oleh
emak induk semang kami yang bernama Mak
Imah untuk memasak bersamanya. Di dapur kesayangan yang berada di sebelah rumah
Mak Imah itulah kami mulai memasak. Dengan kompor yang terbuat dari batu bata
yang disebut “tomang” itu pertama – tama
kami menanak nasi. Setelah nasi sudah matang, Mak Imah menyuruh kami untuk
memotong tempe dan tahu yang kemudian langsung digoreng. Lalu Mak Imah menyuruh
Septa untuk mengulek sambal. Kamipun sempat ditawari dengan makanan yang
menjadi favorit di kelurahan Gombengsari ini yaitu pete. Tetapi saya, Thanry,
dan Septa tidak menyukainya, akhirnya
Mak Imah hanya memasakkan sambel goreng pete untuk Demy saja. Dan juga Mak Imah
memasakkan mie instant dan menggorengkan kerupuk untuk kami. Setelah semua
masakan yang telah kami masak tadi sudah siap di meja, kamipun mulai
menyantapnya bersama - sama. Walaupun dengan menu makanan yang seadanya,
makanan itu terasa sangat nikmat.
Setelah kami menyantap
makan siang, kami diajak oleh Mak Imah pergi ke sawahnya yang lumayan dekat
dengan rumahnya. Di sana Mak Imah menyuruh kami untuk mengusir burung yang
hinggap di tanaman padinya. Di sawah kamipun sempat berfoto – fotoan. Karena
tidak ada burung ynag hinggap di
sawahnya, kamipun pulang ke rumah. Di jalan kami bertemu teman – teman yang
lain, kami meminta ijin untuk pergi bermain dengan teman – teman lainnya. Dan
Imah pun mengijinkannya. Sore hari, kami pun pulang ke rumah. Saat malam hari
kami tidak berani untuk pergi ke mana – mana karena rumah Mak Imah ini
dikelilingi oleh pepohonan dan tak ada tetangga terdekat. Sehingga sekeliling
rumahnya sangat gelap.
Keesokan harinya, tiba
saatnya kami memasak makan pagi. Menu yang sama seperti makan siang kemarin
kembali kami masak. Setelah makan pagi kami membantu Mak Imah untuk memberi
makan sapi peliharaan milik orang dan membersihkan kandangnya di sebelah
rumahnya. Waktu ke waktu, malam haripun tiba. Saatnya kami untuk mendengarkan
dongeng dari Mak Ima. Sekitar pukul 21.00 kamipun meminta ijin untuk segera
beristirahat.
Hari terakhir berada
di rumah Mak Imah, rasanya kami tidak ingin pergi kembali ke kota kami sangat
betah tinggal di sini. Walaupun dengan keadaan yang serba seadanya kami merasa
nyaman tinggal di sini. Untuk kenang – kenangan kami akan memasak kembali
dengan menu yang berbeda. Kami akan
membuat menu sederhana tetapi dengan rasa yang nikmat yaitu Omelette.
Dengan berbahan mie instant dan telur saja kami membuatnya. Dan rasanya tidak
terlalu beda dengan Omlette di restaurant. Dan ternyata Mak Imah dan Pak Man
sangat menikmati dan Menyukainya. Walaupun hanya itu yang kami berikan rasanya
tidak sebanding dengan kerepotan yang telah kami buat saat berada di rumah
induk semang kami.
Akhirnya sekitar pukul
10.00 kami pun bersiap – siap meninggal rumah induk semang masing – masing.
Kamipun berpamitan kepada Mak Imah dan Pak Man dan meminta maaf karena selama
ini kami telah merepotkan mereka. Dan kami meminta untuk berfoto bersama untuk
kenang – kenangan yang tak terlupakan. Mereka juga berpesan kepada kami agar
kami tidak pernah lupa dengan mereka dan menyuruh kami untuk sering – sering ke
sini. Tentunya kami tidak akan pernah lupa dengan Mak Imah dan Pak Man dan kami
berjanji suatu saat kami akan sering pergi ke Gombengsari ini. J